Saturday, January 12, 2013

Orang yang sering berbicara dua bahasa rupanya memberi banyak manfaat buat otak. Dari hasil pemindaian citra otak, maka penggunaan otak jadi lebih efisien.

Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang berbicara beberapa bahasa ternyata lebih baik dalam hal multi-tasking. Dengan belajar beralih antarbahasa, otak akan menjadi terampil mengambil kontrol atas tugas dan waktu tertentu ketika mendapati informasi yang tidak perlu. Ini semacam fleksibilitas kognitif yang penting dalam banyak bidang kehidupan dan cenderung akan menurun karena usia.

 
Percobaan

Untuk mengetahui bagaimana bilingualisme bisa meningkatkan fungsi otak, Brian Gold, ahli syaraf di University of Kentucky, Lexington bersama rekannya, menempatkan 80 orang dalam sebuah mesin MRI.

Di dalam mesin itu terlihat aliran oksigen dalam otak mereka saat melakukan tugas dasar penelitian. Responden dianjurkan untuk menekan tombol tertentu dalam menanggapi pertanyaan tentang bentuk benda atau warna.

Para ilmuwan menemukan bahwa orang tua yang berbicara dua bahasa dengan lancar terlihat lebih cepat merespons pertanyaan dibandingkan dengan responden lain yang hanya menguasai satu bahasa.

"Bilingualisme tidak membuat Anda jadi seperti anak muda, tetapi membuat Anda lebih cepat berpikir dibandingkan dengan rekan-rekan yang hanya bicara satu bahasa," ujar Gold seperti dikutip Discovery News.

Hal ini menunjukkan, dengan belajar beralih antarbahasa, otak akan menjadi terampil mengambil kontrol atas tugas dan waktu tertentu ketika mendapati informasi yang tidak perlu.


 
Sumber:
tempo

Galaksi Bimasakti tempat bumi berada masih kalah besar dengan galaksi yang satu ini, galaksi spiral atau NGC 6872. Besarnya 5 kali lipat Bimasakti.

Galaksi ini terletak pada jarak 212 juta tahun cahaya dari Bumi di konetlasi Pavo. Jarak antar dua lengan pada galaksi ini mencapai 522.000 tahun cahaya, sementara pada Bimasakti hanya 100.000 tahun cahaya.

 
NGC 6872 sebelumnya telah dikategorikan sebagai salah satu galaksi spiral tersebut. Namun, bukti bahwa galaksi itu merupakan yang terbesar baru diperoleh setelah astronom melakukan observasi dengan Galaxy Evolution Explorer spacecraft (GALEX).

"Tanpa kemampuan GALEX mendeteksi cahaya ultraviolet dari bintang muda dan panas, kita tak bisa mengetahui keseluruhan sistem yang menarik ini," kata Rafael Eufrasio dari Goddard Space Flight Center, Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA).

Simulasi komputer menunjukkan, NGC 6872 memiliki ukuran dan bentuk luar biasa karena interaksinya dengan galaksi tetangga, IC 4970. Galaksi itu hanya punya 20 persen massa NGC 6872. Sekitar 130 juta tahun lalu, dua galaksi berada pada posisi terdekat, mempengaruhi aktifitas NGC 6872.

Hasil riset seperti diberitakan Space, juga mengungkap bahwa bar di spiral NGC 6782 memiliki radius yang besar, mencapai 26.000 tahun cahaya. Sejauh ini, tak ada aktifitas pembentukan bintang di wilayah itu. Artinya, struktur itu terbentuk miliaran tahun lalu.

Eufrasio mengumumkan hasil risetnya pada ajang American Astronomy Society ke 221 di Amerika Serikat.






 
Sumber:
kompas

Saturday, January 5, 2013

4G adalah kependekan dari “fourth generation”dan mewakili generasi keempat untuk standar komunikasi mobile. standar tersebut ditetapkan oleh International Telecommunication Union, dengan patokan kecepatan transfer data 100MB per detik.
 
 telegraph.co.uk
Catat fakta ini: Sebenarnya tidak ada area teknologi komunikasi mobile yang mampu memenuhi standar ini. Secara teknis, implementasinya digunakan oleh kebanyakan provider telekomunikasi di dunia (dikenal dengan nama Long Term Evolution atau LTE). Secara teoritis mereka mampu memenuhi standar 4G, tapi saat ini belum mampu melakukannya. Yang lebih buruk, beberapa provider melekatkan ‘merek’ 4G tersebut pada ponsel meskipun ini hanya upgrade dari teknologi 3G.

Jadi, sebenarnya standar 4G yang ada sekarang masih ‘belum’ masuk kriteria 4G sesungguhnya. Meskipun demikian, ponsel yang bisa memanfaatkan jaringan tersebut dikatakan lebih cepat daripada menggunakan jaringan 3G biasa.


Apakah 4G memang lebih cepat daripada 3G?

 
Pada dasarnya, meskipun memang 4G yang sekarang digembar-gemborkan itu belumlah mencakup teknologi 4G yang sesungguhnya, akan tetapi jelas lebih cepat dari teknologi 3G. Berdasarkan pengalaman seorang pengguna ponsel berteknologi LTE, kecepatan downloadnya meningkat dari di bawah 1 Mbps hingga mendekati 14 Mbps – sebuah lonjakan yang signifikan – dengan syarat bahwa download tersebut dilakukan di area yang ter-cover oleh sinyal 4G. Di AS, provider penyedia sinyal 4G yang dikatakan sebagai yang terbaik adalah Verizon.


Bagaimana bisa mengukur kecepatan 4G?

Bila ingin memeriksa kecepatan 4G, maka kamu bisa menggunakan aplikasi Speedtest.net untuk iOS atau Android. Aplikasi ini bisa membantu kamu menilai kecepatan download dan upload smartphone kamu. Tapi memang ini juga tergantung pada area berlakunya 4G.
 
Bagaimana dengan Indonesia? Kabar terbaru menyatakan bahwa layanan seluler generasi keempat (4G) dengan teknologi Long Term Evolution (LTE) akan beroperasi di Indonesia mulai tahun 2013 memakai frekuensi 2,3 GHz yang juga ditempati oleh layanan Wimax. Menkominfo Tifatul Sembiring mengungkapkan bahwa teknologi LTE untuk seluler 4G memungkinkan untuk dihadirkan tahun depan tanpa perlu menunggu migrasi TV analog ke TV digital tuntas di 2018. Seperti diketahui, frekuensi 700 MHz yang saat ini ditempati oleh penyelenggara TV free to air masih dalam tahap migrasi ke layanan TV digital. Saat ini, Kementrian Telekomunikasi dan Informasi masih mencari frekuensi mana yang cocok untuk ditempati oleh teknologi 4G tersebut.




4Gdi Indonesia

Harga memang menjadi salah satu pertimbangan. Smartphone berteknologi 4G hingga kini masih di kisaran harga yang cukup fantastis. Masalah berikutnya adalah jangkauan area. Bahkan di AS sendiri, banyak area yang belum ter-cover oleh sinyal 4G.

 
Masalah terakhir adalah dalam hal baterai. 4G memang cepat, tapi memerlukan sinyal yang kuat untuk bekerja, dan ini memakan banyak tenaga. Saat ini di wilayah-wilayah dimana 4G bisa digunakan, smartphone dengan teknologi tersebut ‘berjuang’ untuk bisa bertahan menyala selama sehari dalam area 4G. Akan tetapi untunglah beberapa smartphone memiliki teknologi untuk menjadikan ponsel tersebut tetap berjalan hanya menggunakan sinyal 3G saja.


Kesimpulan akhirnya, teknologi 4G memang menjanjikan kecepatan download dan upload yang lebih baik untuk kamu yang menggilai aktivitas berinternet menggunakan smartphone. Tapi hal itu akan mengorbankan baterai dan juga tidak menjamin kamu akan mendapatkan sinyal yang sama di lokasi berbeda.

Di Indonesia, meskipun Kementrian Kominfo sudah menjanjikan tahun depan kita bisa merasakan sinyal 4G, tapi seperti biasa kita tidak dapat berpegangan pada janji politisi. Mungkin yang terbaik adalah, jangan terlalu silau pada ponsel premium yang menjanjikan fitur fantastis yang sebenarnya tidak bisa kita nikmati saat ini karena keterbatasan kemampuan negara kita sendiri. Lebih baik tunggu sampai aplikasinya benar-benar nyata.
Sumber:

Ingat dengan Buzz si pahlawan antariksa di film Toy Story? Sebentar lagi bakal jadi kenyataan, kabarnya NASA berencana meluncurkan baju astronaut seperti yang dipakai Buzz. Tentu saja tidak termasuk persenjataan canggih yang melengkapi kostum Buzz.

Setidaknya, purwarupa baju antariksa teranyar milik NASA itu baru saja rampung menjalani pengujian. Sejumlah teknologi yang tertanam dalam baju diperbaiki secara detail. Ini adalah perombakan besar-besaran pertama terhadap baju astronaut NASA sejak 1998.
 
 
Baju astronaut bernama Z-1 ini berwarna dasar putih dengan aksen hijau jeruk nipis di beberapa bagian. Bahannya kuat dan sangat lentur. Dirancang terutama untuk mempermudah astronaut bermanuver di ruang nol gravitasi di antariksa. Astronaut juga bakal lebih cekatan berjalan di permukaan planet atau asteroid.

"Desainnya modis. Sangat mirip dengan yang dikenakan karakter Buzz Lightyear," ujar Amy Ross, salah satu insinyur yang bertanggung jawab untuk pengembangan Z-1, Jumat 21 Desember 2012.

Yang membedakan Z-1 dengan kostum Buzz tentu saja bagian belakangnya. Jika Buzz melengkapi bajunya dengan sepasang sayap mini untuk terbang, tidak demikian dengan baju milik NASA. Z-1 tidak memerlukan sayap, karena astronaut sudah bisa melayang di antariksa.

NASA akan melengkapi Z-1 dengan ransel pendukung yang dipasang di bagian belakang. Ransel bernama PLSS 2.0 ini akan mengantikan ransel lama yang sensitif terhadap kontaminasi dan boros oksigen, sehingga menyulitkan astronaut berjalan jauh. "Ransel yang baru lebih efisien dan tidak rentan kontaminan," ujar Ross.

Ia mengatakan, purwarupa Z-1 sangat fleksibel, tapi juga agak berat. Baju astronaut model lama memiliki bobot sekitar 45 kilogram. Sedangkan Z-1 seberat 72 kilogram. Bahkan di Mars--planet dengan gravitasi sepertiga dari Bumi--selisih bobot itu bisa membuat perbedaan yang signifikan.

Z-1 akan menggantikan EMU (Extravehicular Mobility Unit), baju antariksa yang selama ini digunakan para astronaut NASA. EMU sebenarnya hanya dirancang untuk misi pembangunan Stasiun Antariksa Internasional dan penjelajahan bulan selama misi Apollo. "Z-1 harus siap lepas landas pada misi pertama sekitar tahun 2015," ujar Ross.



 
Sumber:
tempo