Friday, June 7, 2013



Penampilan drama kelas XI IPA di SMAN PINTAR berjalan  dengan sekses ,damai dan lancar.Para siswa menunjukkan penampilan terbaik mereka saat pementasan.Berkat latihan yang giat dan kekompakan,pementasan drama ke-V oleh pan_g5 (sebutan generasi ke lima di SMAN PINTAR) dapat diselesaikan,dengan hasil juara :

1.Kelompok 4 kelas XI IPA 1 yang beranggotakan Khafifurrahman dkk

2.Kelompok 1 kelas XI IPA 1 yang beranggotakan Hafizona dkk dan Kelompok 3 kelas XI IPA 2 yang beranggotakan Ryndian gusty dkk

3.Kelompok 2 kelas XI IPA 2  yang beranggotakan Mise aryani dkk

Semoga dengan adanya pementasan drama ini dapat menjadi siswa yang AKI (aktif,kratif dan inovatif)

Wednesday, June 5, 2013

Kanker adalah penyakit yang ditakuti karena keganasannya. Namun, kanker bukanlah penyakit yang terjadi dalam waktu singkat. Perlu proses yang cukup panjang untuk merubah sel normal menjadi sel kanker. Dengan mengetahui proses pembentukannya dan faktor-faktor yang memicunya, diharapkan kamu bisa melakukan pencegahan.

Tubuh kita terdiri badan dan anggota badan yang dihubungkan oleh pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh limfa. Anggota badan tersusun dari sel-sel yang berukuran sangat kecil ( seperseratus mili meter ), yang memiliki bentuk hampir sama, namun memiliki fungsi yang berbeda.
Seperti sel darah putih, yang berfungsi melawan kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh. Sel darah merah, berfungsi mengangkut oksigen dalam darah. Keping darah berfungsi untuk membekukan darah supaya tidak terjadi pendarahan.

Didalam sel terdapat organel yang salah satunya, adalah inti sel yang berisi gen atau DNA. DNA adalah materi genetika yang dikenal sebagai pembawa sifat keturunan. Kanker berasal dari satu sel gen yang mengalami kerusakan.

Sel gen yang mengalami kerusakan dapat menjadi liar dan berkembang tanpa henti, sehingga dari satu sel menjadi jutaan sel dan membentuk jaringan baru. Jaringan baru itu disebut tumor atau kanker.

Gen dalam sel ada yang disebut gen kanker ( oncogen ), gen penekan tumor ( tumor suppressor gen ), dan gen yang bertugas memperbaiki gen yang rusak, yaitu repair gen. Bila salah satu dari gen tersebut mengalami kerusakan, maka bisa menjadi kanker.

Kerusakan pada materi gen atau biasa disebut sebagai mutasi gen dapat terjadi melalui beberapa cara, baik internal maupun eksternal.



 
Faktor InternalTerjadi kesalahan replikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru.

Merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini.

Bila seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan lebih dulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Hanya saja individu pembawa sel genetika yang salah, memang lebih beresiko terkena kanker daripada yang tidak memiliki mutasi gen yang salah.

Faktor mutasi gen secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal.

Jadi, sekalipun tidak 100%, sebenarnya kanker dapat kita cegah atau hindari dangan menghindari faktor eksternal.

 
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak gen adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi, dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi.
 
 
Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan, seperti pengawet dan pewarna makanan.

Cara memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Daging atau ikan yang dipanggang hingga gosong, mengandung zat kimia seperti benzo-a-piren, amin heterosoklik, dioxin, dll.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya racun aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.

Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.

Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.





 
Sumber:
kisahbagus

Monday, June 3, 2013

Manusia selalu tertarik dengan kisah hidup orang lain, cerita bahagia atau duka. Kisah tentang putri dan pangeran yang akhirnya hidup bahagia selama-lamanya tentu jadi impian banyak orang. Namun, akhir cerita yang tragis bak Romeo-Juliet pun juga kerap dinikmati.

Suka dan duka, tawa dan tangis, paradoks yang bisa menggagas banyak cerita untuk 'dijual' kepada khalayak umum. di Indonesia cukup banyak kisah berakhir sedih yang akhirnya menjadi komoditi, seperti misalnya tempat-tempat wisata di bawah ini.


1. Makam Siti Nurbaya, Sumatera Barat
 
 
Siapa yang tak tahu kisah percintaan antara Siti Nurbaya dengan Syamsul Bahri dari Ranah Minang. Namun, cinta keduanya tak bisa bersatu karena perjodohan. Ini hanyalah sebuah cerita yang ditulis oleh Marah Rusli.

Akan tetapi, bisa jadi ini bukanlah cerita semata. Karena di Gunung Padang atau Bukit Siti Nurbaya di Padang, Sumbar, terdapat makam Siti Nurbaya. Makam ini, dipercayai sebagai tempat peristirahatan abadi Siti Nurbaya.

Berada di makam ini, sekilas wisatawan akan diajak mengenang kisah tragis gadis Minang yang dijodohkan paksa dengan Datuk Maringgih ini. Setelah berziarah ke makam Siti Nurbaya, jangan lupa datang ke Jembatan Siti Nurbaya. Anda bisa nongkrong di jembatan ini, sambil menikmati suasana malam Kota Padang.



2. Pulau Kemaro, Sumatera Selatan
 
 
Tak hanya di Sumatera Barat, di tengah Delta Sungai Musi, Palembang, Sumsel juga terselip kisah cinta tragis. Tepatnya di Pulau Kemaro antara Putri Raja Palembang, Siti Fatimah dengan saudagar kaya sekaligus pangeran asal negeri China, Tan Bun Ann.

Keduanya saling jatuh cinta dan sepakat untuk menikah. Siti Fatimah mengajukan syarat pada Tan Bun Ann untuk menyediakan 9 guci berisi emas. Untuk menjaga emas tersebut dari bajak laut, guci berisi emas tersebut ditutupi dengan asinan sawi oleh orang tuanya. Melihat isinya hanya asinan sawi, Tan Bun Ann pun kesal dan membuang guci-guci itu ke sungai.

Namun, guci terakhir yang ia lempar tidak sengaja pecah. Di situlah ia melihat keping-keping emas. Terlambat untuk menyadari kesalahannya, Tan Bun Ann pun terjun ke sungai dan mencari guci-guci tersebut. Mendengar kejadian tersebut, Siti Fatimah pun ikut terjun dengan niat membantu. Sebelum terjun, dirinya berkata, "Jika ada tanah yang tumbuh di tepi sungai ini, maka di situlah kuburan saya."

Tak lama, muncul dua gundukan tanah yang dipercaya sebagai makam Siti Fatimah dan Tan Bun Ann. Untuk mengenang mereka, dibuatlah makam keduanya di Pulau Kemaro dan masih ada sampai saat ini.



3. Air terjun Coban Rondo, Jawa Timur 
 
 
Coban Rondo di Desa Pandesari, Pujon, Malang, Jatim, menjadi air terjun yang ramai dikunjungi wisatawan. Di balik keindahannya, ada kisah sedih Dewi Anjarwati yang menanti sang suami dari medan perang. Sayang mereka tak bertemu hingga maut menjemput.

Di sini, ada batu besar yang konon batu ini dulu digunakan Dewi Anjarwati sebagai tempat duduk selama menunggu suaminya, Raden Baron Kusuma yang berduel melawan Joko Lelono yang menginginkan istrinya. Sampai pada akhir hayatnya, suami yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Ternyata Baron Kusuma dan Joko Lelono, keduanya sama-sama tewas dalam duel tersebut.

Hingga akhirnya kawasan di mana terdapat air terjun atau coban, di situ terdapat batu berukuran besar. Batu besar itu, konon menjadi tempat duduk Dewi Anjarwati yang sudah menjanda atau rondo. Oleh karena itu, air terjun di lokasi ini dinamakan Coban Rondo.




4. Makam Jayaprana dan Layonsari, Bali 
 
 
Di bagian barat Pulau Bali, ada Taman Nasional Bali Barat. Tak hanya menjadi tempat tinggal satwa liar, tempat ini juga menyimpan kisah cinta tragis antara Jayaprana dan Layonsari.

Tak heran, bila ada wisatawan yang masuk ke taman dan menanyakan makam Jayaprana dan Layonsari. Konon, mereka adalah pasangan suami istri yang harmonis. Sampai akhirnya, Raja Kalianget tertarik pada kecantikan Layonsari dan berusaha untuk mendapatkannya.  Dengan licik, sang Raja pun menyuruh Jayaprana pergi ke hutan dan dibunuhlah ia di sana. Sang istri, Layonsari, mengetahui kabar tersebut kemudian bunuh diri.

Menuju pura dan makam keduanya, traveler bisa memasuki sebuah ruangan dalam bangunan seperti balai desa beratap rendah. Sepasang patung lelaki dan perempuan yang menggambarkan sosok Jayaprana dan Layonsari, mengisi tepat di tengah ruangan.




5. Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu
 
 
Jika Anda traveling ke Bengkulu Utara, Bengkulu. Di sana ada sebuah danau dengan nama unik, yaitu Danau Dendam Tak Sudah. Di balik namanya, ternyata tersimpan cerita cinta tragis seputar danau.

Konon, danau yang berada di Kota Bengkulu ini adalah saksi cinta sepasang muda-mudi. Mereka sepakat untuk sehidup semati, tapi sayang cinta keduanya tidak mendapat restu orangtua. Akhirnya, mereka pun terjun bersama ke dalam danau.

Terlepas dari cerita yang melatarbelakanginya, tempat wisata ini memang menarik untuk dikunjungi. Ada banyak pepohonan hijau yang menyuguhkan udara segar di sekitar danau. Tidak hanya itu, turis juga bertemu kawanan lutung dan monyet ekor panjang yang lucu di sini.






 
 
 
Sumber:
berita-unik.
Ada apa dengan tanggal 1 Juni, tanggal awal bulan saatnya gajian? Tentunya ada yang jauh lebih penting dari kepentingan individu. Seharusnya tanggal ini teramat penting sebagai manusia yang lahir dan bernapas di Indonesia. Inilah hari lahir dasar negara, pemersatu Sabang hingga Marauke, Hari Lahir Pancasila.

Memang, 1 Juni sempat jadi perdebatan karena penetapannya terjadi saat rezim Sohearto. Setelah reformasi 1998, muncul banyak gugatan tentang hari lahir Pancasila yang sebenarnya. Setidaknya ada tiga tanggal yang berkaitan dengan hari lahir Pancasila, yaitu tanggal 1 Juni 1945, tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945.
Mengapa dipilih tanggal 1 Juni?  Tanggal 1 Juni 1945 adalah tanggal ketika kata "Pancasila" pertama kali diucapkan oleh Ir. Soekarno (saat itu belum diangkat menjadi Presiden RI) pada saat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Lalu mengapa diperdebatkan dengan tanggal 18 Agustus 1945? Rumusan yang kemudian dijumpai dalam rumusan final Pancasila yang dikenal oleh warga negara Indonesia juga muncul dalam Mukadimah atau Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai konsititusi negara RI. Namun di dalam Mukadimah ini tidak terdapat kata "Pancasila".

Sementara Tanggal 22 Juni 1945 adalah saat Piagam Jakarta diumumkan. Kita tidak akan membahas lebih jauh tanggal 18 Agustus dan 22 Juni, namun dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa  kata "Pancasila" itu LAHIR pada tanggal 1 Juni 1945.

Apa sih yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945? Inilah kutipan pidatonya:

"Dasar negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka, haruslah kokoh kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa dasar negara itu hendaknya jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar negara Indonesia hendaknya mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-sifat yang mutlak keindonesiaannya dan sekalian itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, aliran, dan golongan penduduk. "

"Dasar negara yang saya usulkan. Lima bilangannya. Inilah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya menamakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa (Muhammad Yamin) namanya Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia kekal dan abadi."


Sosialisme dan Indonesia
Bila menelusuri kisah dibalik lahirnya Pancasila, bisa jadi kita akan terkejut betapa paham sosialis begitu kuat. Bagi kalangan konservatif bisa jadi akan mendebat bahwa hanya paham teokratis (pemerintahan Tuhan) paling pantas di bumi Nusantara.
 
Dalam rapat BPUPKI, Bung Karno mengakui pada saat berumur 16 tahun dan bersekolah di H.B.S. di Surabaya, ia dipengaruhi oleh seorang sosialis bernama A. Baars. Pelajaran yang ditanamkan adalah: jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa kemanusiaan seluruh dunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun.

Namun, ada orang lain yang memperingatkan Bung Karno, ia adalah Dr. Sun Yat Sen ! Di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The THREE people’s Principles”, ia mendapatkan pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan oleh A. Baars itu. Sjak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh“The THREE people’s Principles” itu.

"Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah bahwasanya Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat dengan sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen," ungkap Bung Karno.

Pengaruh posmopolitanisme (internasionalisme) kaya A. Baars dan San Min Cu I kaya Dr. Sun Yat Sen yang diterima bung Karno pada tahun 1917 dan 1918 saat ia duduk di bangku sekolah H.B.S. benar-benar mendalam.

Namun, perpaduan inilah yang melahirkan dasar negara paling sakti di dunia: Pancasila. Tentunya, daya pengamatan yang tajam dari seorang Ir. Soekarno terhadap kondisi serta sejarah bangsa ini jadi landasan kuat.

Dan, Pancasila mencakup semua kepribadian luhur seluruh suku di Indonesia. Bukan hanya Liberte, egalite, fraternite (kebebasan, kesetaraan, persaudaraan/persatuan) tetapi sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" merupakan bukti sisi religiositas nenek moyang.

Nah, mengapa sekarang rumusan negara yang sangat luhur ini seolah lenyap ditelan kebencian terhadap kepercayaan lain? (Sila Pertama) Keadilan yang makin hilang di gedung pengadilan? (Sila Kedua) Konflik antarkampung, antarsuku, antarsekolah? (Sila Ketiga) Saling menjatuhkan antara partai politik? (Sila Ke-empat), dan terakhir: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Masih adakah, ketika golongan kaya semakin makmur sementara orang miskin terus terpuruk?

Semoga kita merenungi kembali Hari Lahir Pancasila, 1 Juni ini. Salam!







Referensi:
Rahayu Minto (Ibid)
eri32.
sejarah-harian